Dolar As Tekan Rupiah Sampai Rp 14.444, Ini Kata Bos Bca
Jakarta - Nilai tukar rupiah masih mengalami tekanan dari dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat. Penguatan dolar AS disebut harus diimbangi dengan sejumlah taktik biar pelemahan rupiah tak terlalu dalam.
Dari data Reuters nilai dolar AS hari ini tercatat Rp 14.444. Mengutip data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) tercatat Rp 14.443.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menjelaskan untuk nilai tukar dolar AS semenjak awal tahun tercatat di level Rp 13.000an namun ketika ini sudah menyentuh posisi Rp 14.500an bahkan sudah diikuti kenaikan bunga acuan.
Kemudian pasar juga sudah berekspektasi akan terjadi kenaikan lagi pada September dan Desember serta tahun depan. Jahja menjelaskan investor di manapun berada mempunyai kecenderungan untuk menempatkan dana di daerah yang memperlihatkan imbal hasil yang tinggi.
"Seorang investor itu kalau US interest rate naik mereka cenderung shift dana di daerah yang bunganya tinggi. Itu naluri investor," kata Jahja dalam konferensi pers di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis, (26/7/2018).
Jahja menjelaskan mata uang yang melemah terhadap dolar AS tidak hanya rupiah, tapi juga renminbi, euro sampai poundsterling juga ikut mengalami pelemahan.
"Memang ibarat itu, jadi moodnya di dunia sedang mencari interest yang naik dan memang akan lebih tinggi. Itu tak bisa dihindarkan, mau tidak mau suka tidak suka BI memang terpaksa menaikkan bunga," ujarnya.
Dia mengungkapkan, BI sudah menaikkan bunga 50 basis poin (bps) kemudian bulan kemudian ditahan di level 5,25%. Menurut ia langkah tersebut tidak dilakukan memang ada kemungkinan rupiah bisa bergerak liar dan menghipnotis jumlah cadangan devisa.
"Kalau kemarin tidak dinaikkan, rupiah bisa lari ke mana-mana dan cadangan devisa kita bisa terkuras untuk menahan laju dolar AS. Memang ibarat buah simalakama kalau dilihat ke depan situasi ini tidak tamat dalam waktu singkat," terang dia.
Menurut Jahja, kondisi rupiah ketika ini memang sulit untuk berjalan normal. Posisi rupiah akan sulit jikalau nilai dolar AS terus menguat dan ditekan kenaikan bunga pola The Fed.
"Rupiah bisa terdepresiasi, apalagi kini hampir semua materi baku BBM kita impor, semuanya niscaya naik dan menimbulkan harga pokok naik. Kalau harga tidak ikut dinaikkan maka profit akan turun, memang ini sedikit dilema," terang dia.
Baca juga: Dolar AS Pagi Ini Mereda ke Level Rp 14.445 |
Padahal berdasarkan dia, dengan menguatnya dolar AS ini membuka peluang untuk membuatkan ekspor. Namun sayangnya ketika ini kemampuan industri nasional belum siap untuk hal tersebut.
Namun untuk perbankan kondisi ini harus diwaspadai. Pasalnya ini masih akan terjadi untuk jangka panjang alasannya yakni itu bank harus menyiapkan diri untuk uji ketahanan.
"Kalau ini bukan sprint lagi, tapi maraton dan harus jaga ketahanan. Rezim bunga rendah sudah tidak ada lagi apalagi kalau bunga di AS naik kita juga terpacu untuk ikut naik," imbuh dia. Sumber detik.com
Komentar
Posting Komentar